CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sabtu, 19 April 2008

Teman-teman kelas 6B

Murid-Murid kelas 6B

Yang cewek:

Dira: Dia tuh sifatnya lucu, trus walaupun jidatnya sedikit nong-nong, alias jenong, ia tetep manis dan cantik loh apalagi pake baju yang lucu. Dia juga suka banget warna ungu.

Faraditha: orangnya enak banget di ajak main, ceria, teman palina deket Dini sama Dewi, pokok nya asik dan baik deh!

Dewi: Dia cewek yang endut, pipi nya tembem, trus suka banget yang berantem sama Kadir, entar juga ada profil dia kok. Lalu, apa ya?..

Tasya: dia ini imut, rambutnya ikal dan warna rambutnya coklat,kulitnya putih, ini temen dari aku kelas satu SD, sekelas terus sampe kelas enam, tapi ga bosen kok. Kata temen-temen yang lain matanya Tasya yang sipit juga mirip mata kucing juga.

Putri: ya..itu aku!!

Delya: Anak guru nih..dia tuh kalau di sekolah biasanya pake kerudung terus sampe dibilang anak alim, gapapa Del, itu contoh yang baik, hehehe.., kalau jalan suka nyeret-nyeret kakinya sampai sepatunya bunyi. Aneh ya.

Safira: Ini anak nya tomboy, juga anak guru kayak Delya, rumahnya juga deket Delya, dulu dia suka monokurobo, kartun babi itu loh.

Heni: Anaknya itu sekarang lumayan pendiem, pinter juga suka gambar anime kayak aku.

Nabila: Nabila itu lumayan pendiem, rambutnya panjang dan juga suka telat mikir (maaf ya Nab!!^_^)

Dita: Wah kalau si Dita ini jangkung loh, anak paling tinggi dan juga suka dikatain tiang listrik. Dia juga di bilang anak alim karena juga pake kerudung. Kalau lagi ngomong, lama..banget.

Dini: Anak ini rambutnya dari hampir se pantat, terus di potong se bawah bahu, trus dipotong lagi bentuk segi, dan dipotong lagi pendek se bawah kuping dan depannya panjang. Dia kalau ketawa lucu banget. Anak nya juga ceria dan enak di ajak main.

Halimah: wah kalau ini, hampir sama badannya kayak Dewi. Suka baca komik dimana-mana. Kalau semuanya pada jajan, dia bawa komik sambil baca dijalan. Rambutnya dulu ikal tapi sekarang di smooting, lurus deh.

Icha: dia kalau ke sekolah juga pake kerudung loh, tapi gak di bilang anak alim, kenapa ya?


Rianti: Ini nih si bule..padahal ga keturunan bule loh, cuman dia lahir di New york. Kulitnya putih, rambunya juga coklat kayak tasya, padahal si banyak yang rambutnya coklat di kelas. Trus, dia juga temen ku dari tk. Rumahnya aja sebelahan, tapi sekarang udah pindah ke Depok.

Yang Cowok:

Ervan: Paling takut sama kecoak, giginya agak tonggos, anak cool, paling banyak yang disukai cewek. Dia paling jago main basket. Dan punya kembaran namanya Ervin.

Desfian: bibir dia maju, alias monyong. Nilainya….agak jeblok sih, tapi anak nya lucu. Suka banget berantem sama Lutfi.

Rama: Anaknya nih, sok pinter, emang dia pinter sih, tapi dia sok banget paling pinter di kelas. Anak nya juga comel dan punya tompel di sikutnya. Pernah jilat sepatu lagi. Terlalu LEBAY.

Fahrul: Giginya patah setengah yang depan alias somplak. Anak nya bandel sama anak cewek, cowok juga. Suka mainan kayu.

Kevin: Kalau dia ini anaknya paling pinter di kelas, tapi gak sombong, cuman badannya agak kerempeng tapi kulitnya putih dan ga ada tompelnya. Pokoknya dia baik.

Erian: Erian itu suka pake bedak.

Baron: Dia itu KT, tapi pinter loh. Rambutnya keriting, kulitnya putih keliatan uratnya gitu deh.

Kadir: Nah…ini nih yang suka banget berantem sama Dewi. Mukanya mirip arab-arab gitu. Kalau ngomong suka ngotot. Kulitnya item perutnya buncit.

Ilham: Dia itu enek di ajak ngomong, gak bandel-bendel amet sih…trus julukan dia itu si Toya-toya, atau Atoy, soal nya dia itu suka letoy sih.

Ario: Ario ini sebetulnya bandel juga, tapi ga begitu kasar sama anak perempuan di kelas. Tapi, gaya nya tuh nyebelin (menurut ku loh…) Lalu, bajunya dia suka banget kusut alias belum di setrika. Juga kotor.

Raka: si badan besar ini ternyata suaranya kecil kalau di suruh baca sama pak Jatmiko (Wali kelasnyeee….) Kata pembantu yang kerja di rumahku dia yang paling ganteng di kelas. Apa iya

Satia: Dia ini suara nya kayak bapak-bapak, serem banget.

Kamal: Kamal itu sering d juluki kambing, Kalau makan juga suka jorok, dan kulitnya hitam…sory ya mal.. trus suka Banget iseng sama anak perempuannya.

Abi: Dia anaknya pinter anget dalam pelajaran agama islam. Apalagi ilmu tajwid. Agak gendut, kalau ngomong suka lama.

Gilang: gilang itu sipit, putih, gak tinggi-tinggi amet dan alim. Tapi kayaknya ga alim-alim banget ah..


Irfan: Nah kalau dia julukannya si doraemon. Pipinya bullet sih, kalau ketawa lucu deh.

Reynaldi: Ini ih anak nya rese banget. Gak bias diem, dan suka banget ngatain orang. Dia juga suka nangis loh. Kalau ngomong suka ngotot, dan juga mukul. Pokoknya ni anak bandellll banget.


Senin, 07 April 2008

Jam pelangi 7 bersaudara

Di sebuah istana yang megah, tiggal Raja dan ratu yang di karuniai 7 anak perempuan kembar, yang bernama Kirane si sulung, Kiara, Karen, Keyli, Kayla, Caroline, dan si bungsu adalah Karin. lalu saat ke tujuh anak itu berulang tahun yang ke dua belas, mereka di hadiahkan sebuah jam antik yang berwarna pelangi yang terdiri merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu . Ayah mereka berkata bahwa jam itu ajaib. Jam itu akan membuat keajaiban. Kalau kalian ingin membnuat jam itu membuat keajaiban, kalian harus menjalan kan waktu tujuh hari dan membuat kebaikan di negri dongeng. cara menuju negri dongengnya adalah putar jarum jam itu di angka dua belas, lalu taruh jam itu di lantai dan katakan sampai tiga kali 'tolong antar kami untuk mencari keajaiban'. kalian pun semua akan terbawa negri dongeng dan harus cepat-cepat melakukan tugasnya. waktu habisnya sampai menunjukan di angka enam bertanda matahari terbenam. tetapi kalau di hari trakhir kalian tidak dapat menyelesaikan dan juga membuat orang sedih atau waktunya sudah habis, kalian tidak dapat keluar dari negri dongeng kecuali ada orang yang menolong kalian. Tetapi, Ayah percaya kalau kalian dapat menyelesaikan misi nya dan keluar dengan selamat. Itu pesan ayah
sebelum ke tujuh saudara itu mencobanya. Kirane pun mencoba memutar jarum jam itu ke angka dua belas. "Nah sekarang kita harus mengucapkan mantra nya selama tiga kali" Kata Kiara pada semuanya. Mereka pun mengucapkan dengan serempak. Tiba-tiba saja muncul cahaya yang menyilaukan. tak di sadar mereka semua sudah berada di tempat yang asing dan di sekitarnya hanya ada ladang bunga, bunga nya pun besarnya dua kali lebih dari badan mereka. Dan di depan mereka ada tujuh pintu berwarna masing-masing pelangi. Misalnya ad pintu merah, nila dan sebagainya. Di pintu pertama ada tulisan hari pertama, pintu kedua bertulisan hari kedua dan pintu yng lain pun sama. "Pasti ini sudah di negri dongeng, hore kita sudah sampai!" Sorak Keyli. "Pasti masing-masing pintu adalah satu hari, manding kita bagi tugas, Aku masuk ke hari pertama, lalu Kiara kedua, Karen ketiga, Keyli keempat, Keyli kelima, caroline ke enam, dan hari terakhir adalah Karin, oke" Terang kirane. "tetapi kalian jangan sampai membuat kesalahan " "iya Kirane" Semuanya pun masuk ke masing-masing pintu. Kirane pun masuk juga. Ternyata ia masuk ke cerita dongen putri salju. Ada nenek sihir yang mau memberi putri salju apel beracun. kirane pun mencegahnya dengan memetik apel dari pohon apel yang di sebelahnya dan diam-diam menukarnya. Misi pun berhasil, dan ia kembali ke pintu dan keluar dari tempat itu. Pintunya pun sekejap hilang. "Wah ternyata mudah sekali ya" Gumam Kirane. Kiara, Keyli, Keyla, dan Karen pun keluar. "Wah ternyata mudah" Ucap Karen. "Ia ya, padahal aku hanya menukar apel beracun milik nenek sihir, dan tiba-tiba misi selesai" Kata Kirane menambahi. Dan Caroline pun keluar, dan ia berkata, "Wah di hari keenam lumayan susah loh, aku jadi khawatir dengan keadaan Karin, ia pasti belum balik" Kirane pun melihat jam. Sekarang jarum jam sudah menunjukan angka lima, ternyata disini lebih cepat lima kali lipat waktu yang ada di bumi. "Karin belum keluar-keluar, lama sekali dia, waktunya sudah mau habis" Keyla menunjukan muka yang cemas. "Kita masuk saja ke hari ke tujuh, dan kita bantu karin" Perintah kirane, dan semuanya pun masuk. Ternyata dunia di hari ke tujuh sangatlah suram, Semuanya tambah khawatir dengan keadaan Karin. "Ayo semuanya kita cari Karin" Perintah Kiara, dan semuanya pun mulai berjalan. Sebetulnya, di setiap pintu tidak terlalu besar tempatnya tetapi di pintu ini lumayan besar dari yang lain. Tiba-tiba saja, ada sebuah pondok di tengah hutan yang mereka lewati, da mereka pun mencoba masuk. Dan ternyata di situ ada Karin. "Karin!" Ucap ke enam saudara Karin yang terkejut melihatnya berada di sini. "Mengapa kamu disini?, kami semua menghawatirkan mu"Tanya Kirane. "Sepertinya...aku tidak bisa membuat kebaikan disini, tempatnya sangat menakutkan, tetapi saat aku ingin keluar, aku takut semuanya akan marah padaku, jadinya..aku ber diam disini dulu untuk mencari akal supaya dapat membahagiakan orang disini" Jawabnya. "Tetapi Karin, kalau kau bilang dari tadi, kami pasti tidak akan marah dan waktunya tidak terbuang-bu...ang?!, aku baru ingat waktu tinggal setengah jam, waktunya kan lima kali lebih cepat, ayo kita keluar dan menyelesaikan misi ini" Keyla tersentak kaget dan memberitahukan kepada yang lainnya bahwa waktunya sebentar lagi. "Ternyata, juga banyak nenek sihir, lalu binatang buas seperti serigala dan masih banyak lagi yang menakutkan" Kata Kirane. Tiba-tiba saja ada salah satu nenek sihir yang melihat mereka saat jalan, dan salah satu serigala pun juga melihat. "Hei anak-anak aneh, kalian sedang apa di sini?" Tanya nenek sihir itu. "Kami sedang melintas saja..dan hanya bermain"Jawab Keyla berbohong. "Tunggu-tunggu, sepertinya aku mengenal gadis ini.." Si nenek mengenali Kirane. "oh ya aku melihat mu menukar apel beracunku di dekat pondok putri salju" Benar, si nenek sihir ternyata telah mengenali Kirane, ia melihat Kirane saat melarikan diri. "Wah aku juga ingat, gadis ini yang menyelamat kan tiga babi kecil dari aku" si serigala juga mengenali Caroline. Ternyata di sini adalah dunia dimana para yang jahat dari pintu-pintu sebelumnya berkumpul disini. Berati mereka bertujuh harus membuat dunia ini behagia. "Hei tunggu-tunggu dulu, sebetulnya kami ini sedang menjalankan misi, yaitu membahagiakan orang dengan niat baik, nenek dan tuan serigala ingin apa?" Tanya Karin. "Aku ingin menjadi wanita yang cantik dan berbeda dari putri salju" Jawab nenek sihir tersenyum. "kalau aku ingin memakan makanan yang banyak sampai aku kenyang." Si serigala pun juga mengajukan permohonannya. "Ok!" Gumam Keyla. Ke tujuh bersaudara itu berkumpul dan berbisik. Sepertinya sedang merencanakan sesuatu. Setelah selesai, Kirane, Caroline, dan Karen pergi ke dalam hutan sedang kan Keyla, Keyli, Kiara dan Karin menghampiri si nenek sihir. "Nenek, aku punya sebuah perhiasan mahal pasti ini cocok untuk nenek, dan putri salju pun pasti tidak memiliki nya" Keyli dan Keyla mengalungkan sebuah kalung di leher nenek sihir dan jua memakaikan glan dan anting. "wahh..nenek cantik sekali dengan perhiasan itu, apa lagi di tambah pemanis rambut ini" Kiara menguncirkan rambut nenek sihir menjadi berbentuk kepangan. "Wah, anda sangaaaatttt cantik!, coba tanyakan tuan serigala" keyli menunjukannya pada serigala. "Bagaimana pendapat tuan?" "Si nenek seperti muda lagi" Komentar si serigala. Nenek sihir pun tersipu malu. Kirane, Karen, dan Caroline mulai terlihat dari dalam hutan, mereka ternyata sedang membawa berbagai buah dan sayur atau tanaman. "Ini untuk tuan serigala. "Serigala pun makan dengan lahap. Ternyata serigala pun juga suka dengan buah dan sayur. ternyata, penyihir dan binatang buas lain nya melihat nenek sihir dan serigala sedang bersenang-senang. mereka pun menginginkannya. "Aku punya ide, nenek sihirkan dapat menyihir, bagaimana kalau perhiasan dan buah nya di perbanyak?" Usul Caroline. "Tetapi aku tidak mampu menyihir untuk semuanya" "Kan masih banyak penyihir disini, ayo semuanya bantu!" Semua penyihirpun menyihirnya. Wah banyak kerlap-kerlip di sekeliling. Dan muncul lah setumpuk perhiasan dan berbagai makanan dari hutan semuanya pun bahagia."terimakasih!" Ucap semuanya pada gadis-gadis itu. Misi pun selesai, tetapi waktu tinggal...lima menit lagi! ke tujuh audara itu pun segera barlari menuju pintu semula. "Ayo cepat!" Seru Kirane dengan lari terbirit-birit. Pintu keluarpun terlihat. Tetapi waktu sudah habis. Pintu keluarnya lenyap. Semuanya bertatap kosong. "Ba..bagaimana ini!?" kata Karin panik. "Hei lihat jam nya bersinar, itu pertanda keajaiban muncul, ayo semua memohon semoga kita dapat kembali ke rumah" Kiara memperintahkan semuanya. Semuanya pun mulai mengucapka, "Kami mohon, kami semua dapat kembali ke istana dan bertemu dengan ayah dan ibu dengan selamat" Jam pelangi itu bersinar dengan menyilaukan. Dan di sekeliling mereka telah berubah menjadi kamar mereka yang luas. "Kita sudah sampai, ayo kita hampiri ayah dan ibu" Semuanya pun lari menuju ruang orangtua mereka dengan hati gembira. "Ayah!!!ibu" Ayah dan Ibu di peluk oleh anak-anak nya dengan erat. "Tuhkan, ayah bilang pasti kalian dapat kembali lagi" Gumam ayah tersenyum. "Iya yah, tapi keajaiban nya terpakai untuk membuat kita semua kembali lagi" Kata Karin memelas. "Ohh, itu sih tidak apa-apa, itu juga dapat dibilang keajaiban yang besar, kalian dapat kembali lagi berkumpul disini" Ujar ibu. Semuanya pun tersenyum hangat. Sehangat eratan pelukan anak dan orang tuanya

Gudang Berhantu

"Kriing.."Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi, Sella, Sasa, Fika dan Lisa pulang berbarengan karena jarak rumah mereka berdekatan. "Sel, kemarin kamu nonton sinetron horor yang ada di tv kemarin sore belum?" tanya Fika pada Sella. "Iihh..serem ah aku kan tidak suka cerita mistis" Jawabnya merinding. "Fik, ceritain dong" Pinta Lisa. Padahal semuanya memang berniat mau menakuti Sella. "Jadi ada rumah kosong di yang ada...." Belum selesai bercerit, Sella sudah merinding duluan dan berteriak, "Sudaaahh!jangan di teruskan, aku sendirian loh di rumah" "hahaha, dasar Sella" Teman-teman semua merertawakan Sasa.
Esoknya pun hari sekolah. Seperti biasa Sella dan teman-temannya jalan bareng menuju sekolah. Saat jam pelajaran bu Eva, tia-tiba saja Fika sakit perut, mag nya kambuh lagi. Ia pun mengancungkan jari untuk meminta izin pada bu Eva. "Bu, saya izin kekamar mandi bu" "Baiklah, kau boleh ke kamar mandi, jangan lama-lama ya, sebentar lagi ibu akan memberi soal latihan" Bu Eva pun mengizinkannya, Fika langsung Pikirnya saat mau masuk kamar mandi. Setelah keluar dari kamar lagi, ia melewati gudang itu lagi, tetapi aneh, ada suara orang yang mengadu kesakitan, Fika mulai merinding Tiba-tiba saja keluar cairan merah dari dalam gudang. "Itu kan...darah! tolong bu Eva, teman-teman semuanya" Ia berlari ketakutan menuju kelas. "Ada apa Fika, kamu kok ketakutan seperti itu?"Tanya bu Eva heran melihat tingkah laku Fik. "I..itu..bu ada..hantu di gudang dekat kamar mandi wanita kelas kita" Jawab Fika tergagap. Bu Eva pun akhirnya menghampiri gudang. Murid satu kelas pun juga ikut penasaran dan mengikuti bu Eva. Bu Eva tiba-tiba saja tertawa. "Kenapa begitu?"Gumamku heran. ternyata di gudang itu tidak ada hantunya. Fika hanya salah sangka. Keluar pak Tono dengan belumuran cat merah. Ternyata ada pak Tono yang sedang mengecat tembok gudang warna merah. Saat ia mengecat tembok ia terpelset dan mengadu kesakitan. Ia juga menendang cat merah yang tempatnya sudah di buka. Jadi begitulah ceritanya. Semua pun tertawa sambil menertawakan Fika juga. "Itu lah akibat mu sering-sering menonton film horor" Sella menasehati. "Iya ya" Kata Fika dengan malu.

Sabtu, 05 April 2008

Petualangan mencari Tanpopo

Nanami terus saja bersedih, ia sudah berusaha mencari Tanpopo, yang hilang sejak kemarin. Tetapi tidak membuahkan hasil. Apa kalian tahu yang di maksud Tanpopo? Ia adalah makhluk yang ukurannya sebesar semangka, berwarna putih, telinga berbentuk kelinci dan mempunyai buntut seperti tikus. Tetapi ada bulu-bulu di ujung buntutnya itu.Tanpopo juga memakai pita berwarna merah. Sayangnya, Tanpopo hanya makhluk hayalan Nanami, gadis kecil yang berumur 9 tahun. Sejak ber umur 3 tahun, ia sudah merasa ber teman dengan Tanpopo. Ibu Nanami pun menghampirinya, "Na-chan jangan bersedih ya, pasti Tanpopo akan pulang nanti sore, sekarang na-chan tidur siang dulu, saat bangun Tanpopo kembali"Ujar ibu pada Nanami. "Benar juga bu, aku tidur siang dulu" Nanami bergegas menuju ruang tidurnya.

Ia duduk di ranjangnya dan terdiam. Nanami mencoba berbaring dan mulai memejamkan matanya, terus memejamkan matanya. Memang musim semi di Jepang kali ini terasa hangat dan membuat orang mengantuk. Tetapi, Nanami tidak merasa mengantuk dan kembali membuka ke dua matanya. Nanami merasa bosan dan ia beranjak dari ranjang dan membuka pintu kamar. Dari balik daun pintu, muncul cahaya yang menyilaukan dan berkelip-kelip, tanpa disadar, Nanami sudah berda di tempat yang asing. Sekelilingnya hanya padang bunga. "Ini..dimana"Tanyanya pada diri sendiri. "Krosak..krosak" Terdengar bunyi yang berasal dari semak-semak. Nanami menghampirinya karena timbul rasa penasaran. Ternyata ada peri kecil berwarna biru bersayap hijau sedang mengadu kesakitan. Sayap hijaunya robek "Ada apa peri kecil?"Tanya Nanami sambil berjongkok. "sayap ku robek akibat terkena duri, aku jadi tidak bisa terbang" Jawab peri itu. "mari kubantu, dimana aku bisa membantmu mencarikan obat untuk lukamu?" "Kamu bisa mengantarku ke sungai itu" peri itu menunjukan sungai yang di maksud. "oh baiklah, aku antar kesana. Kamu perlu naik ke tangan ku" Nanami meyodorkan tanganya dan peri itu naik. Nanami pun mulai berjalan. "Aku belum memberi tahu namaku, namaku Nanami, kalau nama mu siapa?" "Namaku Azura, si peri mata air." Mereka ber dua saling memperkenalkan diri.

"Ngomong-ngomong, mengapa kau ke negri ini?" tanya Azura. "Sebetul nya tiba-tiba aku sudah berada di sini, tetapi ingin bertujuan mencari Tanpopo" "Siapa Tanpopo?" "teman ku,ia makhluk berwarna putih, ekornya mirip tikus, lalu telinganya seperti kelinci, ia hilang sejak kemarin.." "Tunggu dulu, jangan-jangan dia itu Mowa, peliharaan putri tunggal ratu peri badai yang bernama Jennet, apa dia juga memakai pita berwarna merah?" Nanami menghentikan langkahnya. "Benar, itu Tanpopoku! Lalu..bagaimana ia bisa berada di sini?" "Kemarin saat putri Jennet ber ulang tahun, ia merengek meminta peliharaan yang persis seperti Tanpopomu, lalu raja berusaha mencuri dari negri lain yang ternyata adalah negri mu, Jennet pun memberi namanya adalah Mowa" Kata Azura. "Bagaimana ini?.." "Tenang saja Nanami, aku akan membantumu merebutnya kembali, tetapi kau harus menyembuhkan ku dahulu" "Tenang saja Azura!aku akan menyembuhkan mu! Lalu kamu akan bantu aku" Nanami kembali bergairah dan melanjutkan perjalanannya. Mereka pun sampai di sungai, Azura sembuh dengan mandi di air sungai suci dan meminum air daun suci juga. Sayapnya normal kembali, tubuhnya jadi membesar dan hampir sebesar Nanami dan juga bisa terbang lagi. Mereka berdua segera pergi menuju istana ratu peri badai.

Setelah sampai, ia berbicara pada penawal istana untuk segera bertemu ratu dan jennet. Mereka untuk di perbolehkan masuk dan dituntun oleh pengawal itu. Lalu, mereka pun bertemu ratu dan Jennet. Terlihat Jennet sedang memegang Tanpopo. "Ada apa kalian datang ke sini?" Tanya Ratu. "Kami ingin mengambil makhluk yang sedang di pegang putri Jennet, itu milik Nanami ratu" Jawab Azura. "Tidak boleh! Ini miliku!" Gerutu Jennet. "Tidak putri Jennet, ia milik Nanami yang sudah merawatnya dari kecil" Bela Azura. "Benar Jenet, kita balikan saja Mowa dan mencari makhluk lain di luar sana," ujar ratu. "Tidak ratu, makhluk ini hanya dapat di cari di hati Jennet yag tulus, coba kau pejamkan mata dan pikirkan makhluk yang kamu inginkan untuk di jadikan teman Jennet" Jennet pun mencobanya. Ia kembali membuka matanya "Dia ada! makhluk seperti Mowa" Girangnya dan tiba-tiba muncul makhluk yang seperti Tanpopo, tetapi berwarna merah muda. Tanpopo pun berhasil di serahkan pada nanami kembali. "Terimakasih Azura, kau telah membantuku" Ucap Nanami yang terakhir kalinya. "Sama-sama" Nanami pun memeluk erat-erat Tanpopo sambil memejamkan mata. Lalu saat membukanya kembali ia sudah berada di atas ranjang tidurnya. Lalu mengucek-ucek matanya.Keajaiban itu hilang dalam sekjap "Hanya mimpi" gumamnya. Tetapi ia merasakan Tanpopo pulang kembali ia beranjak dan berlari ke luar kamar dan ber teriak, "Ibu, Tanpopo sudah pulang!" Ibu tersenyum karena ia melihat Nanammi tersenyum juga.

Tujuh Hari Membantumu

Pada hari selasa tanggal 22 Januari 2008, terjadi gempa bumi di Banten, yang berkekuatan 5,4 skala richter. Informasi itu kudengar dari radio tadi pagi. Aku segera memberitahu teman-teman yang berada di sekolah maupun di dekat rumah. Mereka juga sangat khawatir dengan keadaan korban gempa bumi itu. Lalu salah satu temanku yang bernama Tasya berkata, “Kita harus cepat-cepat bertindak membantu para korban gempa itu” “Tapi bagaimana?,” teman ku, Dini bertanya. “Aku punya ide, kita membuat kerja sambilan di dekat rumah ku, lalu hasil kerja itu kita buat “Setuju banget, tapi kenapa uangnya kita tidak minta orang tua saja?” Dira ikut nimbrung. “Aku pikir sih aku tidak mau merepotkan orang tua Dir..” Jawabku. “Bener juga ya, oh aku tau, kita buat target selama 1 minggu saja nih, kita berjualan selama 5 hari, lalu hari ke 6 buat membeli barang-barang yang perlu untuk di sumbang dan hari ke 7nya kita buat kirim ke Banten, lagi pula sebentar lagi kita kan mau ujian, jadi tidak punya waktu lama-lama.” Dira juga memberi usul. “Bener-bener, pasti semuanya setuju” Kata ku.

Esoknya libur, karena hari Sabtu. Lalu Tasya, Dini, Dira, Ditha, Icha, Heni, Rianti, dan juga Dewi berkunjung kerumah ku untuk mendiskusikan tentang kemarin. “Sebaiknya kita berjualan apa?” Tanya Ditha. “Jualan kue saja, hasilnya lumayan loh, nih aku bawa resepnya.” Rianti menyodorkan selembar kertas yang bertulis resep kue. Semuanya pun membaca. “Wah boleh juga nih, nah sekarang kita buat kelompok kerja. Aku, Heni, Tasya, dan Dira akan mencari informasi lebih banyak tentang gempa itu. Lalu, Dini, Ditha, dan Rianti yang membuat bahan kuenya sedangkan Icha dan Dewi yang berjualannya” Lalu Ditha berkata, “Oke Put, sekarang kita patungan dulu untuk membeli bahannya” Semua teman ku menyodorkan masing-masing uangnya. Totalnya ada 98.000 rupiah. Itu pun sudah cukup.

Hari pertama

Dini, Dhita, dan Rianti segera pergi ke Minimarket untuk membeli bahan kue. Icha dan Dewi segera pergi ke taman depan rumahku untuk mencari tempat yang pas untuk berjualan. Sedangkan Aku, Heni, Tasya, dan Dira mencari informasi di internet. Jam dinding menunjukan pukul 15.00, akhirnya aku mendapatkan informasi nya. Grup kue pun selesai membuat kuenya. Dan sedang di jual. Lumayan banyak pengunjung yang mau membeli. Lalu ada seorang ibu-ibu yang berkunjung. “Permisi, berapa harga satu lusin kue ini?” Tanya ibu itu dengan ramah. “Satu potongnya 2500 rupiah, berati satu lusin..30.000.” Jawab Icha, lalu Dewi pun mengambil 12 potong kue dan di masukan ke dalam kotak. Ibu itu pun memberi uang pas. “Wah kalian hebat ya kecil-kecil sudah pintar jualan” “Oh terimakasih, kita berjualan karena hasil uang kerja kami untuk membantu korban bencana yang di Banten itu loh” Kata Icha. “Ya tante doakan mudah-mudahan kue kalian laris, ini ambilah uang tambahan ini” Ibu itu mengeluarkan uang senilai 50.000 rupiah. “Anggap uang ini juga untuk membantu korban itu, tolong di terima ya” “Wah terimakasih banyak tante” Ucap Dewi dan Icha girang.

Hari kedua

Hari esok nya, teman-teman ku datang lagi ke rumah ku untuk berjualan lagi. Hari ini makin laris kue kami, dan juga Rianti mempunyai resep kue baru.

Hari ketiga

Hari ini aku dan teman-temanku berjualan sehabis sekolah. Ya pulangnya sekitar pukul 13.00. Walaupun sehabis pulang sekolah, kami tidak merasa capek loh.

Hari keempat

Wah hari ini Ditha ulang tahun yang ke 12 loh! Aku dan teman teman juga membuat kejutan dengan sedikit menyisihkan kue jualan. Jadi waktu untuk berjualannya sedikit tertunda. Ya tak apalah, yang menting temanku Ditha senang dan mempeerat tali persahabatan.

Hari kelima

Ini adalah hari terakhir untuk berjualan kue. Rasanya sedih sekali harus berpisah dengan pembeli tapi aku juga merasa senang karena sebentar lagi aku bisa membantu para korban bencana yang ada di Banten itu. Dira berkata,“Teman-teman sekarang uang nya sudah terkumpul 278.000 rupiah, apa yang harus di beli ya? Apa besok kita membeli sejumlah makanan, lalu..” “Oh, beli selimut saja” Tasya menambahi. “Jangan Tas, aku banyak sekali selimut yang sudah tidak terpakai, masih layak untuk di pakai lagi, mendingan kita membeli sembako, alat-alat tulis, dan buku” Usul Heni. “Heni, di rumahku juga masih benyak pakaian yang sudah sempit, aku juga akan menyumbangkan itu” kata ku pada Heni. “Oh itu juga boleh” “Ah aku juga akan menyumbangkan beberapa boneka” Icha juga menambahkan. “Ok teman-teman besok kalian bawa masing-masing apa yang mau di sumbangkan dan juga Rianti yang memegang uang, hati-hati ya jangan sampai hilang” Kataku pada semuanya. “ok!!”

Hari keenam

Hari ini waktunya untuk membeli barang-barang yang akan di sumbangkan. Tetapi aku juga harus menunggu teman-temanku pulang sekolah.

Pada pukul 13.05, mereka pun sudah pulang dan mulai berkumpul lagi di rumah ku. Terlihat Heni membawa selimut yang akan di sumbangkan, kira-kira sekitar 7 selimut besar. Tasya pun membawa pakainnya yang sudah sempit dan akan di sumbangkan. Hampir 2 kardus ia bawa. Dan juga Icha ia membawa 1 karung yang berisi boneka imut. Semuanya di satukan dalam 3 kardus yang besar. “Nah semuanya sudah lengkap, sekarang aku akan memberi 2 kelompok. Aku, Icha, Heni, dan Rianti akan membeli beberapa sembako dan buku di supermarket dekat rumah ku, sedangkan Ditha, Dini, Dira, Tasya, dan Dewi membeli beberapa sembako juga dan alat tulis di supermarket depan rumah Dira. Uang nya akan di bagikan 2 oleh Rianti” Terang ku dan Rianti pun membagikan uangnya. “Nah sekarang berangkat” Semuanya pun mengayuh sepeda menuju supermarket masing-masing. Semuanya bersemangat termasuk aku. Sesampai di supermarket, aku dan Heni mencari sembako/makanan ringan, dan Icha dan Rianti mencari buku di toko buku sebelah. Aku membeli 5 kardus mie instant, dan Heni membeli makanan ringan. Icha dan Rianti memilih beberapa buku pengetahuan dan juga buku tulis juga buku pelajaran. Sorenya aku dan teman-temanku sudah kembali lagi dari belanja. “Putri, kami sudah membeli sembako dan juga alat tulisnya” Kata Dewi padaku. Lalu aku berkata, “Oke, semuanya kita paketkan ke alamat posko bencana gempa yang berada di Banten itu, aku mencari alamatnya di internet. Sisa uangnya tinggal 23.700, itu sudah cukup untuk biaya kirimnya,kita tunggu besok saja.”

Hari ketujuh

Seperti biasa, aku menunggu teman-temanku pulang sekolah. Dan setelah mereka pulang kami semua langsung mengirim semua sumbangan itu. Aku, Tasya, Dira, Ditha, Heni, Dewi, Rianti, dan juga Icha bersorak senang. Kami sudah menjalani tugas membantu korban bencana itu dengan lancar dan mulus. “Akhirnya kita dapat sedikit membantu orang yang kurang beruntung, terimakasih teman-teman kalian sudah membantu” Ucapku dengan senyuman bahagia.