CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sabtu, 05 April 2008

Tujuh Hari Membantumu

Pada hari selasa tanggal 22 Januari 2008, terjadi gempa bumi di Banten, yang berkekuatan 5,4 skala richter. Informasi itu kudengar dari radio tadi pagi. Aku segera memberitahu teman-teman yang berada di sekolah maupun di dekat rumah. Mereka juga sangat khawatir dengan keadaan korban gempa bumi itu. Lalu salah satu temanku yang bernama Tasya berkata, “Kita harus cepat-cepat bertindak membantu para korban gempa itu” “Tapi bagaimana?,” teman ku, Dini bertanya. “Aku punya ide, kita membuat kerja sambilan di dekat rumah ku, lalu hasil kerja itu kita buat “Setuju banget, tapi kenapa uangnya kita tidak minta orang tua saja?” Dira ikut nimbrung. “Aku pikir sih aku tidak mau merepotkan orang tua Dir..” Jawabku. “Bener juga ya, oh aku tau, kita buat target selama 1 minggu saja nih, kita berjualan selama 5 hari, lalu hari ke 6 buat membeli barang-barang yang perlu untuk di sumbang dan hari ke 7nya kita buat kirim ke Banten, lagi pula sebentar lagi kita kan mau ujian, jadi tidak punya waktu lama-lama.” Dira juga memberi usul. “Bener-bener, pasti semuanya setuju” Kata ku.

Esoknya libur, karena hari Sabtu. Lalu Tasya, Dini, Dira, Ditha, Icha, Heni, Rianti, dan juga Dewi berkunjung kerumah ku untuk mendiskusikan tentang kemarin. “Sebaiknya kita berjualan apa?” Tanya Ditha. “Jualan kue saja, hasilnya lumayan loh, nih aku bawa resepnya.” Rianti menyodorkan selembar kertas yang bertulis resep kue. Semuanya pun membaca. “Wah boleh juga nih, nah sekarang kita buat kelompok kerja. Aku, Heni, Tasya, dan Dira akan mencari informasi lebih banyak tentang gempa itu. Lalu, Dini, Ditha, dan Rianti yang membuat bahan kuenya sedangkan Icha dan Dewi yang berjualannya” Lalu Ditha berkata, “Oke Put, sekarang kita patungan dulu untuk membeli bahannya” Semua teman ku menyodorkan masing-masing uangnya. Totalnya ada 98.000 rupiah. Itu pun sudah cukup.

Hari pertama

Dini, Dhita, dan Rianti segera pergi ke Minimarket untuk membeli bahan kue. Icha dan Dewi segera pergi ke taman depan rumahku untuk mencari tempat yang pas untuk berjualan. Sedangkan Aku, Heni, Tasya, dan Dira mencari informasi di internet. Jam dinding menunjukan pukul 15.00, akhirnya aku mendapatkan informasi nya. Grup kue pun selesai membuat kuenya. Dan sedang di jual. Lumayan banyak pengunjung yang mau membeli. Lalu ada seorang ibu-ibu yang berkunjung. “Permisi, berapa harga satu lusin kue ini?” Tanya ibu itu dengan ramah. “Satu potongnya 2500 rupiah, berati satu lusin..30.000.” Jawab Icha, lalu Dewi pun mengambil 12 potong kue dan di masukan ke dalam kotak. Ibu itu pun memberi uang pas. “Wah kalian hebat ya kecil-kecil sudah pintar jualan” “Oh terimakasih, kita berjualan karena hasil uang kerja kami untuk membantu korban bencana yang di Banten itu loh” Kata Icha. “Ya tante doakan mudah-mudahan kue kalian laris, ini ambilah uang tambahan ini” Ibu itu mengeluarkan uang senilai 50.000 rupiah. “Anggap uang ini juga untuk membantu korban itu, tolong di terima ya” “Wah terimakasih banyak tante” Ucap Dewi dan Icha girang.

Hari kedua

Hari esok nya, teman-teman ku datang lagi ke rumah ku untuk berjualan lagi. Hari ini makin laris kue kami, dan juga Rianti mempunyai resep kue baru.

Hari ketiga

Hari ini aku dan teman-temanku berjualan sehabis sekolah. Ya pulangnya sekitar pukul 13.00. Walaupun sehabis pulang sekolah, kami tidak merasa capek loh.

Hari keempat

Wah hari ini Ditha ulang tahun yang ke 12 loh! Aku dan teman teman juga membuat kejutan dengan sedikit menyisihkan kue jualan. Jadi waktu untuk berjualannya sedikit tertunda. Ya tak apalah, yang menting temanku Ditha senang dan mempeerat tali persahabatan.

Hari kelima

Ini adalah hari terakhir untuk berjualan kue. Rasanya sedih sekali harus berpisah dengan pembeli tapi aku juga merasa senang karena sebentar lagi aku bisa membantu para korban bencana yang ada di Banten itu. Dira berkata,“Teman-teman sekarang uang nya sudah terkumpul 278.000 rupiah, apa yang harus di beli ya? Apa besok kita membeli sejumlah makanan, lalu..” “Oh, beli selimut saja” Tasya menambahi. “Jangan Tas, aku banyak sekali selimut yang sudah tidak terpakai, masih layak untuk di pakai lagi, mendingan kita membeli sembako, alat-alat tulis, dan buku” Usul Heni. “Heni, di rumahku juga masih benyak pakaian yang sudah sempit, aku juga akan menyumbangkan itu” kata ku pada Heni. “Oh itu juga boleh” “Ah aku juga akan menyumbangkan beberapa boneka” Icha juga menambahkan. “Ok teman-teman besok kalian bawa masing-masing apa yang mau di sumbangkan dan juga Rianti yang memegang uang, hati-hati ya jangan sampai hilang” Kataku pada semuanya. “ok!!”

Hari keenam

Hari ini waktunya untuk membeli barang-barang yang akan di sumbangkan. Tetapi aku juga harus menunggu teman-temanku pulang sekolah.

Pada pukul 13.05, mereka pun sudah pulang dan mulai berkumpul lagi di rumah ku. Terlihat Heni membawa selimut yang akan di sumbangkan, kira-kira sekitar 7 selimut besar. Tasya pun membawa pakainnya yang sudah sempit dan akan di sumbangkan. Hampir 2 kardus ia bawa. Dan juga Icha ia membawa 1 karung yang berisi boneka imut. Semuanya di satukan dalam 3 kardus yang besar. “Nah semuanya sudah lengkap, sekarang aku akan memberi 2 kelompok. Aku, Icha, Heni, dan Rianti akan membeli beberapa sembako dan buku di supermarket dekat rumah ku, sedangkan Ditha, Dini, Dira, Tasya, dan Dewi membeli beberapa sembako juga dan alat tulis di supermarket depan rumah Dira. Uang nya akan di bagikan 2 oleh Rianti” Terang ku dan Rianti pun membagikan uangnya. “Nah sekarang berangkat” Semuanya pun mengayuh sepeda menuju supermarket masing-masing. Semuanya bersemangat termasuk aku. Sesampai di supermarket, aku dan Heni mencari sembako/makanan ringan, dan Icha dan Rianti mencari buku di toko buku sebelah. Aku membeli 5 kardus mie instant, dan Heni membeli makanan ringan. Icha dan Rianti memilih beberapa buku pengetahuan dan juga buku tulis juga buku pelajaran. Sorenya aku dan teman-temanku sudah kembali lagi dari belanja. “Putri, kami sudah membeli sembako dan juga alat tulisnya” Kata Dewi padaku. Lalu aku berkata, “Oke, semuanya kita paketkan ke alamat posko bencana gempa yang berada di Banten itu, aku mencari alamatnya di internet. Sisa uangnya tinggal 23.700, itu sudah cukup untuk biaya kirimnya,kita tunggu besok saja.”

Hari ketujuh

Seperti biasa, aku menunggu teman-temanku pulang sekolah. Dan setelah mereka pulang kami semua langsung mengirim semua sumbangan itu. Aku, Tasya, Dira, Ditha, Heni, Dewi, Rianti, dan juga Icha bersorak senang. Kami sudah menjalani tugas membantu korban bencana itu dengan lancar dan mulus. “Akhirnya kita dapat sedikit membantu orang yang kurang beruntung, terimakasih teman-teman kalian sudah membantu” Ucapku dengan senyuman bahagia.

1 komentar:

aNiNdHa mengatakan...

kok tulisanya kecil-kecil amat? Nggak kebaca nih!